Pageviews

Popular Posts

About

Search Me

Tuesday 24 June 2014
Komunitas Tangan Kedua. Suatu komunitas baru dibidang sosial yang mengajarkan aku banyak hal.

Aku mulai bergabung dengan Komunitas Tangan Kedua sekitar bulan Oktober 2013, saat itu keinginanku untuk berkegiatan sosial sangat kuat. Alasannya sih sederhana, aku ingin berkegiatan, tapi kegiatan yang baru, yang belum pernah aku ikuti, bukan seperti organisasi formal dalam kampus.

Di sini aku ingin bercerita mengenai perubahan yang aku rasakan setelah bergabung dengan komunitas ini. Aku merasa menjadi diri aku yang baru. Aku pikir, itu merupakan hal yang wajar, everyone has changed, included me.

Aku yakin setiap orang memiliki rasa simpati dan empati dalam diri mereka masing-masing. Tapi tidak semua orang berani menunjukan rasa kepeduliaannya itu. Seperti itulah aku yang dulu, memiliki rasa kepedulian yang kuat terhadap orang lain tapi sukar untuk mengekspresikannya, terutama dalam hal tindakan.

Kepedulian itu ternyata bisa kita pelajari, apalagi jika dasarnya kita memiliki hati nurani yang peduli terhadap sesama tapi tidak mengerti cara mengungkapkannya. Disini untuk yang pertama kalinya aku belajar, belajar melakukan kepeduliaan secara langsung kepada orang lain, belajar mencintai anak-anak dan belajar peka terhadap sesama.

Dulu aku merasa kaku jika melihat anak-anak, kecuali saudara dekat atau tetanggaku, itupun hanya sekedar say "hai". Kaku sekali bukan? Namun, untuk pertama kalinya dalam hidupku, saat bermain bersama anak-anak panti dalam kegiatan Tangan Kedua, aku merasa bahagia, aku mampu mengekspresikan kepedulianku. Bersama Tangan Kedua aku bisa belajar berbagi dengan sesama dan melihat sekitar kita yang sebenarnya begitu banyak yang membutuhkan kepedulian kita, jika kita peka.





Ternyata beberapa kegiatan rutin yang dilakukan tersebut telah terekam dalam sistem sensorik dan motorik ku. Pernah beberapa kali melakukan kegiatan serupa namun di luar kegiatan komunitas. Belakangan ini aku lebih suka memilih berjalan kaki dari kosan menuju kampus yang jaraknya tidak dekat menurut orang lain. Suatu hari, dalam perjalanan pulang, aku melihat seorang kakek  yang sudah lanjut usia sedang berjualan beberapa benda pembersih rumah, kakek tersebut sedang duduk istirahat dan melamun. Ya, sekali lagi, refleks kaki ini berhenti begitu saja dan membeli beberapa benda yang sebenarnya aku sendiri pun tidak tahu untuk apa, tapi pasti berguna. Aku membeli bukan karena bendanya, tapi mata kakek tersebut yang berbicara.


Kemudian, aku pergi menuju minimarket, setelah  mengambil beberapa kebutuhanku, aku mengantri di depan kasir, tepat di depanku 3 orang anak kecil dengan rambut kemerah-merahan karena terkena sinar matahari, mereka membeli 3 es krim dan membayarnya dengan uang receh. Saat kasir memberitahukan harga seluruhnya, ternyata uang mereka tidak cukup, lalu salah satu diantaranya mengembalikan 1 es krim ke tempat semula, bagi mereka yang terpenting adalah 2 es krim untuk bersama. Mungkin, jika aku adalah aku yang dulu, bisa jadi aku hanya berempati pada mereka dengan hanya bergumam dalam hati "kasihan mereka..." tapi tidak dengan aku yang sekarang.

Peduli itu penting, lebih penting lagi jika kepedulian itu diungkapkan dengan tindakan. Hal yang sederhana seperti memberikan kursi pun bentuk kepedulian yang luar biasa bagi penerimanya dan kebahagiaan tersendiri bagi pemberinya.

Jika kita memiliki potensi, ada baiknya cari wadah untuk mengembangkan potensi tersebut. Gabunglah dengan komunitas apapun yang melakukan kegiatan positif dan rasakan perubahannya, perubahan yang lebih baik tentunya.


Disinilah aku belajar, bahwa pengalaman membawa aku pada pemahaman yang lebih baik..
Memahami akan cinta yang didasari rasa ikhlas akan membawa kita pada kebahagiaan...

Siti Aisyah
Semarang, 24 Juni 2014

Saturday 21 June 2014
Udah lama rasanya ga ngeposting tulisan, kali ini lagi pengen nulis santai tanpa bahasa formal. Saking gregetnya pengen nulis, rasanya yang ada dipikiran saat ini pengen segera dituangkan dalam bentuk tulisan.

Tulisan ini berangkat dari beberapa kejadian, sering mendengar bahkan membaca status tentang pemikiran seseorang terkait "permintaan tolong orang lain". Misalnya, "Kalau tiba-tiba ngehubungi pasti ada maunya".

Sekarang gini deh, kita hidup di dunia ini ga sendiri, jelas kan? Lalu, kita hidup pun bermasyarakat. Sejak SD pelajaran moral sudah kita pelajari tentang hidup bergotong royong. Sederhanakan sebenernya?
Tapi permasalahannya, dia ga pernah nongol, tiba-tiba muncul minta tolong? Begitu kan?
~Hey, coba yuk berpikir positif, jangan pernah curiga dulu. Anggap kawan kita, saudara atau teman tersebut memang sedang bergelut dengan segala rutinitasnya seperti kita. Kita pun sama, sibuk, dengan segala yang ingin kita gapai.

Kemudian, saat dalam perjalanan hidupnya, orang tersebut mengalami kesulitan lalu teringat kamu untuk dimintain tolong, menurut saya itu anugerah. Gimana tidak? Dengan kesibukannya dia mengingat kita untuk dimintain tolong, berarti dia menyimpan nama dan mengingat wajah kita dalam benaknya. Itu yang pertama. Yang kedua, harusnya kita bangga saat dimintain tolong, kenapa? Karena saat dia meminta tolong kepada kita, itu artinya, dia menganggap kita mampu dalam bidang yang mungkin dia butuh bantuan kita, apapun itu, boleh jadi kemampuan kita, pengalaman ataupun materi. So, kenapa kita mesti curiga dan malas untuk menolong teman bahkan saudara kita yang butuh pertolongan?

Entahlah ya, bagi saya untuk berpikir positif itu mungkin butuh waktu, tapi saya pribadi ketika telah melakukan kebaikan, salah satunya meringankan beban orang lain, seperti mendapatkan kebahagiaan yang tidak bisa saya interpretasikan. Hanya saya dan Tuhan saya yang tau.

Lalu, jika teman kita setelah dibantu menghilang kembali, kenapa kita mesti repot? Ingat ini >> "Jika kita meringankan beban orang lain, maka Allah akan meringankan beban kita". Atau bisa jadi orang lain yang akan membantu kita disaat kita kesulitan, jadi kebaikan bisa datang melalui tangan siapa saja. Intinya TIMBAL BALIK ITU PASTI ADA, istilah lainnya "siapa yang menanam buah, pasti akan menuainya" percayalah..

Tapi, jika saat dimintain tolong kita tidak mampu untuk menolongnya, itu kan hak kita, ga harus dipaksakan. Kita bisa minta maaf, atau membantunya dengan cara yang lain. Clear kan?

Bukan maksud hati untuk menggurui, tapi saya ingin menularkan kepada teman-teman saya yang baik hatinya untuk berpikir positif tanpa harus curiga terlebih dahulu.

Kenapa demikian? saya selalu teringat film IN TIME dimana saya membayangkan hidup saya hanya 24 jam. Dalam 24 jam saya tidak melakukan suatu kebaikan apapun, lalu apa yang akan saya pertanggungjawabkan kelak? Saya punya ilmu, pengalaman, uang 100 rupiah dan kemampuan lainnya yang mungkin orang lain butuhkan. Tapi saya simpan rapat-rapat untuk apa? Lalu saya kembali kepada-Nya dan mengubur semua yang saya punya tanpa saya bagi? Naudzubillah, tuntun saya Tuhan untuk selalu bisa berbagi terhadap sesama...

Habluminallah, habluminanas...
Wallahua'lam, hanya beropini
Yuk, tabur kebaikan untuk sesama :)
Powered by Blogger.