Pageviews

Popular Posts

About

Search Me

Thursday 31 October 2013

Senja hari menjelang matahari kembali pada peraduannya, saya duduk di sebuah kursi taman. Rindangnya pepohonan membuat sejuk kota dengan sejuta cerita ini. Lalu lalang remaja dan orang tua yang sedang olahraga di sore hari serta keluarga kecil yang terlihat bahagia sedang mengajak putri kecilnya bermain dengan fasilitas publik di taman ini. Perhatian saya terhadap orang-orang disekitar buyar begitu saja ketika ada seorang wanita duduk di samping saya. Wanita muda seusia saya, mungkin sedang menunggu seseorang atau hanya beristirahat sejenak dengan segala penat yang dihadapinya. Itu hanya dugaan saya sebelum obrolan di antara kami terjadi. Percakapan di awal terjadi saat dia bertanya “Aisyah, apasih tujuan hidup kamu?” serentak saya kaget, bukan hanya karena pertanyaannya tapi dia juga tahu nama saya. Lalu saya balas dengan kalimat tanya juga “maaf Mba?” saya sebut “mba” karena sapaan itu bisa diberikan untuk perempuan setara atau sedikit lebih tua dari kita yang satu sama lain sudah kenal ataupun belum tahu namanya. Saya sambung pertanyaan saya “kok mba bisa tahu nama saya?”, Dari raut mukanya seperti tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan saya namun dia bersiap-siap untuk memulai sebuah cerita. Masih besar rasa penasaran saya tentang ketahuannya terhadap nama saya, namun mba tersebut malah memulai ceritanya.
            “Dulu, saya pikir hidup saya itu mulus, aman, tenteram dan damai. Selalu dikelilingi orang-orang baik tanpa ada masalah dan bermasalah” kalimat pembuka cerita mulai keluar dari bibirnya. Saya hanya memerhatikannya saja tanpa ingin memotong ceritanya. “namun ketika saya mengenal dunia luar, dunia yang saya pikir dunia yang sebenarnya, mulailah kehidupan saya berwarna, dari warna cerah, kelabu, hitam dan putih saya alami” lanjutnya. Saya hanya mengangguk, sebagai bentuk setuju dengan warna kehidupan. “Sebelumnya, dalam kehidupan ini, saya hanya belajar mengenai pelajaran yang sudah tertulis nyata dalam sebuah kertas dan buku, pelajaran yang memiliki guru, tentor atau mentor yang mengarahkan dan mengajarkan hal-hal yang tertera dalam buku tersebut. Pelajaran mutlak yang harus dipelajari oleh setiap umat manusia di bumi ini. Ya, pelajaran di sekolah”. Saya mulai penasaran dengan kelanjutan ceritanya, saya berusaha menahan diri untuk bertanya ini dan itu, saya membiarkan wanita di samping saya bercerita hingga akhir cerita. “heeemmmmm” dia menghela nafasnya, sepertinya yang akan diceritakan begitu berat, sehingga harus mengeluarkan sedikit karbon dioksida yang ada dalam dirinya. Sebuah sugesti untuk membuang beban, padahal hanya membuat otak lebih refresh sejenak. 

            “Saya bingung mau mulai dari mana, begitu banyak yang ingin saya keluarkan saat ini. Mungkin pointnya adalah PERBEDAAN. Semua yang hidup di dunia ini pasti berbeda, iya kan Aisyah?” saya refleks menjawab “eh, iya mba” pertanyaan dadakan yang hanya membutuhkan jawaban persetujuan. Kemudian dia melanjutkan “ada yang kontra dan pro dengan perbedaan. Bagi mereka yang setuju dengan perbedaan, mereka akan bilang bahwa Perbedaan itu INDAH” saya kembali mengangguk karena saya juga setuju dengan pernyataan tersebut--Pernyataan bahwa perbedaan itu indah. “Tapi Aisyah, yang indah itu jika adanya toleransi diantara perbedaan tersebut”. Dia berhenti sejenak, memandang langit yang mulai berwarna merah karena efek dari matahari yang hendak membenamkan dirinya. Namun orang-orang disekitar masih asik bermain di taman, karena hal yang indah pada saat ini adalah memiliki paru-paru kota dan jauh dari polusi serta hiruk pikuknya kesibukan dunia kerja dan tentunya tugas-tugas bagi yang masih pelajar, seperti saya.
            “Toleransi dalam perbedaan itu penting, perbedaan akan terasa indah jika kita bisa saling memberikan toleransi satu sama lain untuk melakukan hal yang sama-sama kita sukai. Buktinya saja, di negara ini banyak suku yang tidak saling bertoleransi terhadap perbedaan, akhirnya timbulah perselisihan bahkan peperangan, akibat tidak adanya toleransi”. Saya hanya mengangguk, “begitupun terhadap dua orang yang berbeda, seperti kita, kita itu berbeda” wanita itu sambil menunjuk saya dan dirinya “tapi alangkah indahnya jika dua orang yang berbeda tersebut saling bertoleransi atas apapun yang hendak diperbuat, karena itu hak kita. Hak untuk melakukan hal yang kita sukai. Tapi kamu tahu? Beberapa tahun ini saya merasakan bahwa perbedaan itu hanya membuat hak saya menjadi hilang, terlalu berlebihan memang. Tapi itu yang saya rasakan”. Sepertinya cerita mba di samping saya bakalan seru, kemudian saya berkomentar “terus mba…”. Wanita itu melanjutkan “banyak beberapa hal yang saya sukai harus saya tahan rapat-rapat untuk mencoba bertoleransi terhadap orang lain yang tidak menyukai kebiasaan saya. Namun Aisyah, sekarang saya sudah bebas, hak saya sudah kembali, senang sekali rasanya, saya tidak perlu panjang lebar bagaimana ceritanya saat hak saya diambil begitu saja. Yang jelas, saat ini saya lakukan apapun yang ingin saya perbuat dan mem-balas atas waktu yang sudah terbuang karena telah menyia-nyiakannya begitu saja”, kemudian saya bertanya “memangnya hal apa yang dulu tidak bisa mba lakukan?”.
            “Sebenarnya hal yang sederhana, tidak begitu penting bagi yang tidak merasakan bahwa hal itu sungguh menyenangkan. Ketika seseorang tidak melakukan hal yang dia sukai, rasanya seperti terjerat dalam jeruji, pernyataan saya berlebihan ya? Hahaha” dia tertawa dan saya hanya tersenyum, karena teringat suatu hal yang sepertinya familiar dengan cerita tersebut. “Hal sederhana itu seperti mengunjungi perpustakaan, berlama-lama di sana untuk sekedar membaca dalam keheningan, suasana perpustakaan yang dikelilingi buku-buku, orang-orang sekitar yang berdiskusi satu sama lain. Pemandangan yang indah menurut saya, termasuk toko buku, masuk ke toko buku layaknya memasuki pusat perbelanjaan baju-baju bermerk, setiap judul buku itu terasa menarik untuk dibeli dan dibaca. Lihat buku catatan yang kertasnya kosong dan seakan-akan berbisik untuk minta digoreskan tintanya ke atas kertas kosong itu. Ya, saya termasuk salah satu orang yang suka membawa buku agenda kemana-mana. Buku agenda yang lucu buat saya tertarik untuk menuliskan agenda kegiatan yang harus saya lakukan dalam beberapa hari”. Hati saya bergejolak, namun dia meneruskan ceritanya sebelum saya mengajukan pertanyaan “berorganisasi juga hal yang saya sukai, bisa berkumpul dengan orang-orang yang memiliki wawasan luas, berbagi cerita dengan mereka dan semakin menambah ilmu yang sebelumnya belum saya ketahui. Hal lainnya yang dulu tidak bisa saya ikuti adalah komunitas sosial, berbagi dengan orang yang membutuhkan adalah hal yang paling istimewa bagi saya”.
            Wanita itu terdiam sejenak lalu melanjutkan kembali ceritanya “tapi sekarang saya bisa lakukan itu semua, saya bisa ke perpustakaan sesuka hati, kapanpun saya mau, sering kali saya mengunjungi toko buku untuk membeli beberapa buku yang  ingin saya baca, bergabung dengan komunitas sosial untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Kamu tahu Aisyah? Ada perasaan haru ketika bisa belajar bersama dengan anak-anak jalanan yang membutuhkan pendidikan, mereka semua lucu dan membuat saya ingin berlama-lama bersama mereka untuk belajar, bergabung dengan komunitas sosial lain untuk bisa berbagi untuk anak-anak yang berada di panti. Serta bersosialisasi dengan kawan-kawan serta menambah teman baru dari berbagai kalangan dan disiplin ilmu. Ini yang namanya hidup Aisyah, tujuan hidup saya ingin melakukan hal yang saya sukai agar bisa berbagi kepada siapapun yang membutuhkan saya, memiliki cita-cita membangun dunia pendidikan, agar saya bisa beramal melalui ilmu”.

            Saya hanya terdiam dan tidak bisa berkomentar terhadap apa yang wanita itu ceritakan, kemudian dia kembali berbicara “Aisyah, yang lalu biarlah berlalu, pelajaran masa lalu menjadikan kamu lebih kuat saat ini, masalah yang dulu dihadapi cukup menjadi guru sejati, karena pelajaran hidup yang kita terima tidak akan pernah ada dalam buku pelajaran manapun di sekolah. Tak akan pernah ada, saya tahu bagaimana perjuanganmu dalam menghadapi masalah. Baik internal maupun eksternal. Jangan pernah benci siapapun, itu semua tidak akan pernah terjadi tanpa kehendak ALLAH SWT, Tuhan yang Maha Kuasa atas segalanya. Manusia itu harus berubah, berubah menjadi lebih baik, jika tidak berubah maka tidak ada bedanya dengan benda mati yang statis. Ulat yang dibenci dan dianggap jijik sebagian orang saja harus bersabar sampai akhirnya bermetamorfosa menjadi kupu-kupu yang cantik jelita dengan warna sayapnya yang indah sehingga menjadikan dia hidup di taman yang penuh dengan bunga indah menawan. Jadi hidup itu adalah sebuah proses menuju kedewasaan. Kamu yang sekarang harus jauh lebih baik dari sebelumnya, Aisyah yang dulu hanya ada dalam pangkuan seorang Umi (Aisyah memanggil ibunya dengan sebutan UMI), Aisyah yang mungkin sebagian orang lain menganggapnya lemah, namun saya percaya perjuangan untuk menjadi wanita tangguh bisa dipelajari dan digapai. Jangan pernah jatuh ke lubang yang sama, kamu harus bisa BERCERMIN dari pengalaman yang pernah kamu alami. Oke Aisyah?”.
Hening sejenak, tak sempat saya menjawab pertanyaannya, namun kemudian saya menggelengkan kepala berkali-kali BUKAN sebagai bukti tidak setuju atas pertanyaan wanita tersebut, namun saya menyadarkan diri dari sebuah lamunan bahwa saya sedang berbicara dengan pikiran saya sendiri. Wanita tadi adalah pikiran saya yang muncul hanya dalam benak saya. Kemudian adzan magrib dilantunkan, saatnya saya pulang dengan membawa motivasi baru mengenai kehidupan, yang sebenarnya bisa muncul dalam diri kita sendiri.

Siti Aisyah, on November 1st, 2013
Semarang
Ditulis dalam kurun waktu  1 jam 40 menit

0 comments:

Powered by Blogger.