Pageviews
Popular Posts
-
Saya Siti Aisyah yang ketika lahir hingga masuk sekolah dasar dengan nama di Akta Kelahiran hanya 1 kata yaitu “Aisyah”. Nama te...
-
Senja hari menjelang matahari kembali pada peraduannya, saya duduk di sebuah kursi taman. Rindangnya pepohonan membuat sejuk kota dengan...
-
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dibawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan da...
-
Produktif, ga mau diem, pecicilan atau apapun itu istilahnya untuk menggambarkan kalau saya ga bisa berdiam diri di kosan, hingga liburan s...
-
Manusia hanya bisa berencana, namun Allah yang menentukan. Sepandai-pandainya manusia membuat rencana, rencana Allah jauh lebih indah. Re...
-
30 Agustus 2015, pukul 09.00 pagi Waktu Indonesia bagian Pandeglang, terdengar nama saya berada terselip diantara sebuah kalimat paling sak...
-
Lanjutan part 1 ... Setalah pilihan ditentukan, kini saatnya bagi saya untuk fokus menggapai impian. Semua akan tercapai jika kita mampu...
-
Entah kenapa tiba-tiba terbesit di masa depan nanti, jika kelak memiliki putra/putri ingin menjadi seorang " Full-Time Mother ...
-
Merangkai serpihan mimpi untuk menjadikan impian yang sempurna. Bukanlah sebuah perjuangan yang sia-sia tak kala setiap puing-puing perju...
-
Sepertinya hampir semua orang tau dimana dan apa itu kampung inggris. Suatu daerah yang menjadi tujuan manusia dengan berbagai profesi dan...
About
Blog Archive
About Me
Search Me
Thursday, 5 September 2013
Ikhtiar. Itu yang sedang saya lakukan saat ini
untuk bisa membuat semuanya menjadi nyata. Terdampar di Jawa Timur, Kediri –
Pare untuk mendapatkan “Golden Ticket”
berupa kemampuan dasar berbicara bahasa inggris sebagai kunci menggapai impian
keliling dunia. Sadar dengan kemampuan yang terbatas dengan bahasa. Seorang
dosen pernah mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam penguasaan bahasa dan
adaptasi dengan bahasa asing ada 2 jenis, yaitu kemampuan secara keturunan atau
kemampuan yang dimiliki otak kanan jauh lebih baik dalam menerima bahasa baru,
artinya dengan mendengarkan atau membaca bahasa yang bukan bahasa ibu akan
mudah dengan cepat menyerap dan mengikuti dengan baik, kemudian jenis yang
kedua untuk bisa menguasai bahasa baru dengan baik dan benar harus dengan usaha
dan belajar dengan sungguh-sungguh. Sepertinya saya adalah orang dengan kategori
kedua yang harus belajar dengan sungguh-sungguh untuk bisa berbicara baik
ketika menggunakan bahasa yang bukan bahasa ibu (bahasa Indonesia).
Hal inilah yang membuat saya menginjakkan kaki
di kampung inggris. Di episode kedua kampung inggris sudah bercerita tentang
pengalaman pertama kali ke sana dan mengenai camp di mana tempat saya tinggal. Satu lagi hal yang ingin saya
sampaikan mengenai camp tersebut. Di sana
terdapat peraturan yang wajib diikuti dan terdapat punishment jika dilanggar, namun peraturan tersebut benar-benar
baik untuk seseorang yang bersungguh-sungguh untuk belajar, karena untuk bisa
dan berani berbicara bahasa inggris sehari-hari harus ada “paksaan” secara
langsung agar berani bicara dan terbiasa. Tapi jangan takut terhadap peraturan,
karena kita akan dibimbing dan bebas bertanya kepada tentor atau teman jika
tidak tahu arti dari kata-kata yang akan kita ucapkan dalam bahasa inggris.
Yups, just have fun and make you
comfortable.
Pada awalnya rencana untuk stay di Pare hanya 1 bulan namun ketika sampai di sana dan
kemampuan dasar bahasa inggris masih berasa kurang matang maka saya menambah
satu bulan lagi untuk melanjutkan perjuangan belajar di Pare. Di bulan kedua
saya memutuskan untuk pindah dari camp ke
boarding house. Seperti yang saya
ceritakan di episode 1 bahwa boarding
house tidak memiliki peraturan dan bukan english area serta tidak memiliki program khusus untuk penghuninya.
Alasan saya untuk pindah ke boarding
house karena di bulan ke 2 ini saya mengambil program intensif TOEFL dari
pagi hingga sore hari bahkan pulang setelah magrib sehinga jika saya tetap stay di camp akan banyak pelanggaran yang saya lakukan terutama
meninggalkan obligation program (program
wajib) yang dilakukan setelah magrib. Anyway.
Di bulan kedua saya mengambil program TOEFL di lembaga kursus-an OXFORD.
Program TOEFL di oxford ini terpisah menjadi 2 yaitu program listening dan reading (dalam 1 paket) serta program structure. Program listening
dan reading dimulai jam 5 pagi hingga
jam 7 pagi kemudian program structure
di mulai jam 10.00–13.00. untuk study
club-nya dimulai pukul 16.00-18.00. Program structure ini terdiri dari level/STAGE 1 – 5 tergantung kemampuan structure kita. Saya mengambil program stage 3 karena lebih banyak scoring (latihan soal) karena saya pikir
sudah mendapatkan cukup materi structure
saat ambil program Pre-TOEFL di lembaga kursus Elfast sehingga yang saya
butuhkan adalah membiasakan diri mengerjakan soal sebanyaknya-banyaknya. Scoring dilakukan hampir setiap hari
bahkan sehari bisa 3 kali scoring
untuk meningkatkan kemampuan menganalisa soal dan terbiasa mengerjakan soal structure sebanyak 40 soal dalam waktu
20 menit dengan tips dan trik yang diberikan.
Di oxford saya mendapatkan pengalaman yang jauh
lebih menarik dan berkesan. Di sana saya mendapatkan sahabat yang luar biasa,
teman-teman belajar yang istimewa karena cita-cita mereka yang begitu tinggi
dan membuat saya termotivasi untuk bisa menggapai impian yang saya miliki. Amazing. Kami sama-sama belajar dan
semangat juang kami begitu tinggi. Bahkan saat hari libur (sabtu-minggu) kami
mengadakan study club sendiri untuk
belajar dan membahas soal dengan lokasi belajar di luar kelas. Baru kali ini
belajar grammar dan TOEFL namun otak
ga berasa mau meledak tapi seru, asik dan …… menyenangkan. Membentuk
persahabatan dengan orang-orang tersayang seperti Kak Weni (Aceh), Dian
(Malang), Uphe (Purwakarta), Mas Bayu (Tuban), Bang Pyal (Palu), Nike (Surabaya),
Nisa (Jakarta), Aullia (Jombang), Uchul (Palu), Faris (Jakarta).
Scorring saat hari libur di warung ketan
Scoring saat hari libur di bali house
Melatih konsentrasi scorring di pinggir jalan
depan warung ketan J
Kelas kami bersama tutor gaul miss Ifa J
Oiya, belajar di Pare selalu ada refreshing atau
jalan-jalan bersama dengan kawan-kawan tempat kursus-an. Destinasinya antara
lain Gunung Bromo, Malang, Air Terjun Sedadu di Nganjuk, yang paling dekat
adalah gumul (semacam tugu di daerah Kediri) dan masih banyak lagi.
Mengunjungi Bromo dengan kawan-kawan Oxford
Mengunjungi BNS (Batu Night Spectacular) Malang
dengan kawan-kawan Oxford
Mengunjungi Gumul Kediri dengan kawan-kawan
Oxford
Mengunjungi Sedadu waterfall di Nganjuk + games
outbond bersama kawan-kawan camp Zeal
Boy dan Girl.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment