Pageviews

Popular Posts

About

Search Me

Thursday 5 September 2013
Ikhtiar. Itu yang sedang saya lakukan saat ini untuk bisa membuat semuanya menjadi nyata. Terdampar di Jawa Timur, Kediri – Pare untuk  mendapatkan “Golden Ticket” berupa kemampuan dasar berbicara bahasa inggris sebagai kunci menggapai impian keliling dunia. Sadar dengan kemampuan yang terbatas dengan bahasa. Seorang dosen pernah mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam penguasaan bahasa dan adaptasi dengan bahasa asing ada 2 jenis, yaitu kemampuan secara keturunan atau kemampuan yang dimiliki otak kanan jauh lebih baik dalam menerima bahasa baru, artinya dengan mendengarkan atau membaca bahasa yang bukan bahasa ibu akan mudah dengan cepat menyerap dan mengikuti dengan baik, kemudian jenis yang kedua untuk bisa menguasai bahasa baru dengan baik dan benar harus dengan usaha dan belajar dengan sungguh-sungguh. Sepertinya saya adalah orang dengan kategori kedua yang harus belajar dengan sungguh-sungguh untuk bisa berbicara baik ketika menggunakan bahasa yang bukan bahasa ibu (bahasa Indonesia).
Hal inilah yang membuat saya menginjakkan kaki di kampung inggris. Di episode kedua kampung inggris sudah bercerita tentang pengalaman pertama kali ke sana dan mengenai camp di mana tempat saya tinggal. Satu lagi hal yang ingin saya sampaikan mengenai camp tersebut. Di sana terdapat peraturan yang wajib diikuti dan terdapat punishment jika dilanggar, namun peraturan tersebut benar-benar baik untuk seseorang yang bersungguh-sungguh untuk belajar, karena untuk bisa dan berani berbicara bahasa inggris sehari-hari harus ada “paksaan” secara langsung agar berani bicara dan terbiasa. Tapi jangan takut terhadap peraturan, karena kita akan dibimbing dan bebas bertanya kepada tentor atau teman jika tidak tahu arti dari kata-kata yang akan kita ucapkan dalam bahasa inggris. Yups, just have fun and make you comfortable.

Pada awalnya rencana untuk stay di Pare hanya 1 bulan namun ketika sampai di sana dan kemampuan dasar bahasa inggris masih berasa kurang matang maka saya menambah satu bulan lagi untuk melanjutkan perjuangan belajar di Pare. Di bulan kedua saya memutuskan untuk pindah dari camp ke boarding house. Seperti yang saya ceritakan di episode 1 bahwa boarding house tidak memiliki peraturan dan bukan english area serta tidak memiliki program khusus untuk penghuninya. Alasan saya untuk pindah ke boarding house karena di bulan ke 2 ini saya mengambil program intensif TOEFL dari pagi hingga sore hari bahkan pulang setelah magrib sehinga jika saya tetap stay di camp akan banyak pelanggaran yang saya lakukan terutama meninggalkan obligation program (program wajib) yang dilakukan setelah magrib. Anyway. Di bulan kedua saya mengambil program TOEFL di lembaga kursus-an OXFORD. Program TOEFL di oxford ini terpisah menjadi 2 yaitu program listening dan reading (dalam 1 paket) serta program structure. Program listening dan reading dimulai jam 5 pagi hingga jam 7 pagi kemudian program structure di mulai jam 10.00–13.00. untuk study club-nya dimulai pukul 16.00-18.00. Program structure ini terdiri dari level/STAGE 1 – 5 tergantung kemampuan structure kita. Saya mengambil program stage 3 karena lebih banyak scoring (latihan soal) karena saya pikir sudah mendapatkan cukup materi structure saat ambil program Pre-TOEFL di lembaga kursus Elfast sehingga yang saya butuhkan adalah membiasakan diri mengerjakan soal sebanyaknya-banyaknya. Scoring dilakukan hampir setiap hari bahkan sehari bisa 3 kali scoring untuk meningkatkan kemampuan menganalisa soal dan terbiasa mengerjakan soal structure sebanyak 40 soal dalam waktu 20 menit dengan tips dan trik yang diberikan.

Di oxford saya mendapatkan pengalaman yang jauh lebih menarik dan berkesan. Di sana saya mendapatkan sahabat yang luar biasa, teman-teman belajar yang istimewa karena cita-cita mereka yang begitu tinggi dan membuat saya termotivasi untuk bisa menggapai impian yang saya miliki. Amazing. Kami sama-sama belajar dan semangat juang kami begitu tinggi. Bahkan saat hari libur (sabtu-minggu) kami mengadakan study club sendiri untuk belajar dan membahas soal dengan lokasi belajar di luar kelas. Baru kali ini belajar grammar dan TOEFL namun otak ga berasa mau meledak tapi seru, asik dan …… menyenangkan. Membentuk persahabatan dengan orang-orang tersayang seperti Kak Weni (Aceh), Dian (Malang), Uphe (Purwakarta), Mas Bayu (Tuban), Bang Pyal (Palu), Nike (Surabaya), Nisa (Jakarta), Aullia (Jombang), Uchul (Palu), Faris (Jakarta).


                                       Scorring saat hari libur di warung ketan



                                           Scoring saat hari libur di bali house

               Melatih konsentrasi scorring di pinggir jalan depan warung ketan J

                                  Kelas kami bersama tutor gaul miss Ifa J

Oiya, belajar di Pare selalu ada refreshing atau jalan-jalan bersama dengan kawan-kawan tempat kursus-an. Destinasinya antara lain Gunung Bromo, Malang, Air Terjun Sedadu di Nganjuk, yang paling dekat adalah gumul (semacam tugu di daerah Kediri) dan masih banyak lagi.

                           Mengunjungi Bromo dengan kawan-kawan Oxford



Mengunjungi BNS (Batu Night Spectacular) Malang dengan kawan-kawan Oxford


                      Mengunjungi Gumul Kediri dengan kawan-kawan Oxford


 Mengunjungi Sedadu waterfall di Nganjuk + games outbond bersama kawan-kawan camp Zeal Boy dan Girl.


0 comments:

Powered by Blogger.